Laman

Senin, Mei 12, 2014

Kenang-kenangan (Se Souvenir)

Le Port;alun-alun kota Vannes
 Beberapa minggu berada di Kota Vannes, Perancis. Disambut dengan hawa dingin. karena shock cuaca dan jetlag sempat sakit 5 hari. Tapi setelah ada teman semuanya baik-baik saja.


Makan Kebab Turki di kedai Turq
 Pada awalnya masih ragu makan makanan Perancis. Tapi ini makanan khas Turki, yaitu Kebab Turki. Kalau pertama makan 2 round. Begitu terbiasa, sekali makan 1 round.




Chateau de Ville
 Jalan-jalan sama teman-teman paling mengasyikkan. Jalan, foto-foto, makan, gak terasa cuaca dingin banget. Belum pernah-pernah ngerasain di bawah 19 derajat. Disini 5-10 derajat itu biasa. Foto ini di sekitar Istana yang ada di Vannes, di bawah pohon Sakura :)






Taman bunga


Ini juga berlatarkan taman Chateau Vannes.







Art de Triumph
 Pergi ke Perancis tidak sah kalau belum ke kota Paris. Walaupun berjarak 5 jam perjalanan dari Vannnes menggunakan TGV. Tetap harus di kunjungi. Ini salah satu tempat terkenal dengan namanya Art de Triumph (kalau gak salah).







Tour d'Eiffel
Kalau menara ini pasti semua kenal, Tour d'Eiffel (Menara Eiffel). Waktu ke Paris lapor diri ke kedubes, menyempatkan diri jala-jalan ke sini. Cuaca dingin, sedang salju, kabut, sampai-sampai menaiki menara ini tidak boleh sampai puncaknya. Tapi hanya sampai lantai 2 saja. Emangnya sampai berapa lantai ya? hihihi...






Banlieue Paris

 Kapan lagi dapat foto sama Boneka Salju. Kan di Indonesia gak ada kita jumpai. Gak apa-apa deh bukan boneka buatan sendiri. Numpang yaa...






Musee de Louvre



 Satu lagi tempat wisata yang banyak dikunjungi di Paris adalah Piramide atau Musee de Louvre, dimana di Meuseum ini ada lukisan Monalisa nya.




Taman kota di pinggir kota Paris

 Nah, kalau ini Taman kota di Pinggir kota Paris. Kebetulan aja naik perahu yang di namai sama dengan nama panggilanku. :) hehehehe...





Pusat Kota Berlin



Nah kalau ini saat libur musim semi bersama teman-teman jalan-jalan ke Berlin, German.













Tour d'Eiffel di malam hari


Malam terakhir di Paris sebelum berangkat balik ke Indonesia, sempatin foto-foto di halaman menara Eiffel. Ternyata indah banget Eiffel di malam hari. Duh, nyesal gak jalan malam-malam. Semoga bisa kembali lagi ke Paris untuk mengunjungi kota ini lagi.

I really gonna Miss You Paris.... Je t'aime...

Gathering 2012 - 2014

Berkumpul kembali setelah Tugas belajar 2012-2014
Kumpul Keluarga Sebelum Tugas Belajar-2012
    
Kumpul Keluarga Setelah Tugas Belajar 2014




Untuk Orang Tua, Jangan Lakukan 37 Aktivitas ini Saat Mendidik Anak

Menikah kemudian dikaruniai amanah putra atau putri oleh Allah adalah sebuah kebahagian yang sangat luar biasa, namun tidak sedikit bagi para orang tua kurang berhati-hati dalam mendidik buah hatinya. Tanpa terasa cara mendidik yang dilakukan orang tua akan berpengaruh negatif kepada diri anak.
Berikut 37 kebiasaan orang tua dalam mendidik anak yang dapat menghasilkan perilaku buruk pada anak
 
1. Raja yang Tak Pernah Salah

Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.

Ketika proses pemukulan terhadap benda benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.

Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.

Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.
Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis?
Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”



2. Berbohong Kecil, Berbohong pada Anak


Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa? KArena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya. Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?

Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contah lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.

Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian:

“Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”

Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan.

3. Banyak Mengancam
“Adik, jangan naik ke atas meja! nanti jatuh dan nggak ada yang mau menolong!”
“Jangan ganggu adik, nanti Mama/Papa marah!”

Mengancam Anak


Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang atau perintah dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah termasuk ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “….nanti Mama/Papa marah!”

Seorang anak adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya; dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya. Hal ini terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata,namun setelah itu tidak ada tindak lanjut atau mungkin kita sudah lupa dengan ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya. tatap matanya dengan lembut, namum perlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang mereka lakukan. Sikap itu juga dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/Mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini pada adikmu. Papa/Mama akan makin sayang sama kamu.” Tidak perlu dengan ancaman atau teriaka-teriakan. Atau kita bisa juga menyatakan suatu pernyataan yang menjelaskan suatu konsekuensi, misal “Sayang, bila kamu tidak meminjamkan mainan in ke adikmu,Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. MAinan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau pinjamkan mainan itu ke adikmu. Tepati pernyataan kita dengan tindakan.