Laman

Jumat, Desember 21, 2012

Berawal dari percakapan biasa. Semoga Allah Memberi Rahmad dan Hidayah-Nya.

     Mengutip dari status seseorang di jejaring sosial.

"Belajar dari kesuksesan orang-orang hebat, selalu ada pengorbanan dari orang yang berada dibelakangnya dan mungkin namanya tidak pernah tertulis dalam sejarah.

"Berbanggalah Engkau sang Ibu Rumah Tangga, karena itulah pekerjaan seorang wanita yang paling mulia."
------------------------------------
Ibu Ainun Habibie dalam sebuah percakapan :
------------------------------------
"Mengapa saya tidak bekerja ?
Bukankah saya dokter? Memang.
Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu.

Namun saya pikir : buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yg barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami kehilangan kedekatan pada anak sendiri?

Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk pribadinya sendiri ? Anak saya akan tidak memiliki ibu.

Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak, seimbangkah orang tua kehilangan anak, dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Bertahun- tahun kami bertiga hidup begitu."

Jangan biarkan Anak-anakmu hanya bersama pengasuh mereka.
Bagaimana bila dibantu pengasuhan dengan kakek neneknya?
Sudah cukup rasanya membebani orangtua dengan mengurus kita sejak lahir sampai berumah tangga.

Kapan lagi kita mau memberikan kesempatan kepada orangtua untuk penuh beribadah sepanjang waktu di hari tuanya.

Mudah-mudahan ini bisa jadi penyemangat dan jawaban untuk ibu-ibu berijazah yang rela berkorban demi keluarga & anaknya.
Karena ingin Rumah Tangganya tetap terjaga & anak-anak bisa tumbuh dengan penuh perhatian, tidak hanya dalam hal akademik, tapi juga untuk mendidik agamanya, karena itulah sejatinya peran orangtua."

Tidak ada yang salah dari semua percakapan di atas. Hanya persepsi orang-orang saja yang mungkin berbeda menafsirkannya. Semoga Kita semua dalam Lindungan dan Rahmad Allah SWT. Aamiin. 

Berawal dari percakapan sebelumnya. Karena ini diposting sesaat setelah percakapan berlangsung. Sebagai seorang teman dan sesama ibu rumah tangga. Kurang lebihnya mengenal bagaimana sosoknya. Terkenang kembali masa-masa sekolah dulu, saat keceriwisan, kejutekannya, dan seperti sedikit sok/angkuh. Tapi itu menurut pandangan sesama manusia. Mungkin karena sedikit mengenal sosoknya lah dapat sedikit bayangan seperti apa tanggapan dan mungkin perasaannya setelah percakapan itu. 

Menurutku, tidak ada yang salah dengan seorang ibu rumah tangga. Kenapa harus sedih? Menyesal? atau Cemburu, Iri?
Ya, aku tahu seperti apa rasanya. Karena dulu aku juga pernah merasakannya.
Tapi hal itu tidak perlu sampai oranglain atau pun orang dalam percakapan tadi mengetahuinya.
Cukuplah orang terdekat saja. 
 Murni pendapatku tentang seorang Ibu atau Ibu Rumah Tangga atau Ibu dan Istri sekaligus bagi keluarganya, adalah sosok seorang yang sangat LUAR BIASA. Aku tidak membantahnya sedikitpun. Malah aku sebagai seorang yang dulunya sebelum bekerja menjadi ibu rumah tangga, dan sekarang sesaat ALLAH memberikan tanggungjawab untuk bekerja. Bukan tidak mungkin aku akan kembali menjadi seorang ibu rumah tangga seperti yang lainnya.
Namun, setiap orang berbeda-beda proses yang dijalaninya. Tidak perlu cemburu atau iri. Semua ada masanya. Semua akan indah pada waktunya. 
Selalu bersyukur atas semua yang diberikan ALLAH kemarin, hari ini, dan yang akan datang adalah hal utama dilakukan. Walaupun yang namanya hidup akan selalu ada saja proses yang tidak mengenakkan. Tapi kembali lagi, tetap bersyukur saja. :)

Vannes, 20122012 22.16